Pendahuluan Antiphospholipid Syndrome
Antiphospholipid syndrome (APS) atau juga dikenal dengan istilah hughes syndrome adalah penyakit autoimun sistemik dengan manifestasi trombosis vaskuler (arteri atau vena) dan/atau morbiditas pada kehamilan yang disertai dengan ditemukannya antibodi antifosfolipid (aPL) persisten. Antibodi antifosfolipid (aPL) antara lain adalah antibodi antikardiolipin (aCL), antikoagulan lupus (LA) dan antibodi anti-beta 2 glikoprotein 1 (anti-ß2GPI).[1-3]
Saat ini dikenal dua jenis APS, yaitu tipe primer yang bersifat genetik, dan sekunder yang dihubungkan dengan penyakit autoimun lain (contohnya lupus eritematosus sistemik), keganasan, infeksi, dan pemakaian obat-obatan. Patofisiologi terjadinya APS sangat berhubungan dengan mekanisme kerja aPL dalam membentuk trombus pada pembuluh darah arteri atau vena dan gangguan sirkulasi plasenta fetus.[2,4,5]
Diagnosis APS pertama kali dibakukan pada tahun 1999 di Sapporo, dan selanjutnya mengalami pembaruan tahun 2006 melalui konferensi Sydney. Diagnosis APS ditegakkan bila memenuhi setidaknya masing-masing satu kriteria klinis dan satu kriteria laboratorium sesuai konsensus Sydney atau biasa dikenal dengan kriteria revisi Sapporo.[6]
Penatalaksanaan APS terutama ditujukan untuk mengobati trombosis dan mengurangi morbiditas pada pasien yang sedang hamil. Hingga saat ini studi mengenai penatalaksanaan APS masih terus dikembangkan karena masih seringnya terjadi trombosis rekuren pasca penatalaksanaan APS yang adekuat dan morbiditas yang terjadi pada pasien yang tidak responsif terdapat terapi APS dalam kehamilan.[6]