Pendahuluan Operasi Katarak
Operasi katarak adalah tindakan mengeluarkan lensa kristalin yang mengalami kekeruhan (katarak) yang umumnya diikuti dengan pemasangan kembali lensa intraokular (LIO). Operasi katarak merupakan salah satu operasi mata yang paling sering dlakukan. Perkembangan pada instrumen dan teknik operasi katarak telah menjadikan operasi ini dapat dilakukan lebih dini, luaran operasi lebih baik, dan mengurangi ketergantungan pasien pada kacamata koreksi.[1]
Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jerman, jumlah operasi katarak yang dikerjakan mencapai 700.000-3.000.0000 operasi per tahun. Sedangkan di Indonesia, jumlah operasi katarak dari tahun 2009 hingga September 2014 adalah 484.666 dengan rata-rata 80.744 operasi per tahun. Cataract surgery rate (CSR) di Indonesia pada tahun 2014 adalah 1.411 per 1 juta penduduk, masih jauh lebih rendah daripada negara berkembang dengan penduduk banyak, seperti India, yang memiliki CSR 4.830 di tahun yang sama.[1-4]
Indikasi dilakukannya operasi katarak adalah gangguan tajam penglihatan akibat katarak yang tidak dapat dikoreksi walaupun sudah menggunakan lensa koreksi terbaik. Indikasi operasi katarak lainnya adalah glaukoma fakomorfik, glaukoma fakolitik, dislokasi lensa, uveitis fakoantigenik, gangguan kosmetik, hingga permintaan pasien karena katarak sudah mengganggu aktivitas sehari-hari.[5,6]
Operasi katarak pertama kali dilakukan pada tahun 800 SM dengan teknik couching yang mendorong lensa ke bagian vitreous. Kemudian teknik operasi katarak berkembang menjadi teknik ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK), ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK), manual small incision manual cataract surgery (MSICS), fakoemulsifikasi, hingga yang terbaru adalah operasi katarak menggunakan laser femtosecond. Teknik EKIK mengeluarkan lensa utuh tanpa membuka kapsul lensa. Teknik operasi katarak ekstrakapsular meliputi beberapa tahapan penting, yakni membentuk luka insisi (wound construction), kapsuloreksis, pengeluaran lensa (nucleus delivery), dan implantasi lensa intraokular.[1,5,7]
Komplikasi dapat terjadi intraoperatif dan pascaoperatif. Evaluasi preoperatif yang baik termasuk penentuan mata dengan risiko tinggi atau penyulit. Teknik operasi katarak yang disesuaikan dengan kondisi katarak dan tingkat kemahiran operator yang baik dapat meminimalkan komplikasi intraoperatif.
Komplikasi katarak intraoperatif antara lain ruptur kapsul posterior dengan atau tanpa vitreous loss, nucleus drop, pendangkalan kamera okuli anterior, trauma termal fakoemulsifikasi, dan perdarahan. Komplikasi operasi katarak, antara lain peningkatan tekanan intraokular, posterior capsular opacification, edema kornea, endoftalmitis, toxic anterior segment syndrome, uveitis kronis, edema makular sistoid, ablatio retina, dan dislokasi lensa intraokular.[5,8]