Pendahuluan Partograf
Partograf atau partogram merupakan gold standard atau standar emas sebagai alat bantu untuk memantau persalinan secara universal. World Health Organization (WHO) merekomendasikan penggunaan partograf yang merupakan kertas berteknologi rendah namun efektif untuk secara dini deteksi komplikasi pada ibu dan janin saat persalinan. Pemantauan dengan menggunakan partograf dapat menyelamatkan hidup ibu dan janin dengan cara mengidentifikasi masalah persalinan dan segera bertindak saat komplikasi persalinan yang dapat mengancam jiwa seperti obstructed labor atau persalinan macet terjadi.[1,2]
Partograf merupakan catatan grafis yang menunjukan kemajuan persalinan serta perincian yang relevan dari ibu dan janin. Pedoman pemantauan persalinan seperti partograf didasari dari observasi oleh Friedman dalam teorinya mengenai persalinan. Pada tahun 1954, ia memperkenalkan konsep partogram oleh kurva secara grafis yang memperlihatkan dilatasi serviks terhadap waktu.[1–4]
Friedman membagi tahap pertama persalinan menjadi fase laten dan fase aktif. Fase aktif terdiri atas fase percepatan (akselerasi), fase dilatasi maksimal dan fase kurangnya kecepatan (deselerasi).[1-4] Partograf yang paling sering digunakan di Indonesia adalah partograf yang dimodifikasi oleh WHO pada tahun 2000.