Epidemiologi Teratoma Testis
Secara epidemiologi, teratoma testis merupakan neoplasma tersering kedua pada anak-anak setelah yolk sac tumour, dengan frekuensi relatif sebesar 13–19%. Hanya sekitar 2–6% teratoma testis merupakan teratoma murni dan sisanya adalah teratoma dengan sel tumor campuran.[2,5]
Global
Teratoma testis dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak-anak, teratoma testis merupakan tumor jinak, sedangkan pada orang dewasa dan remaja, teratoma testis cenderung bermetastasis. Transformasi teratoma menjadi ganas terjadi hanya pada 3–6% teratoma testis.
Jenis histologis yang paling sering berubah adalah tumor neuroektodermal primitif, adenokarsinoma, dan rhabdomyosarcoma. Selama masa pubertas dan setelah masa pubertas, semua teratoma dianggap ganas. Bahkan, teratoma matur cenderung untuk bermetastasis ke kelenjar getah bening retroperitoneal atau ke sistem organ lain. Tingkat metastasis yang dilaporkan bervariasi antara 29–76%.[5,6]
Indonesia
Sebuah penelitian di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta menyatakan bahwa sebanyak 90,92% kasus tumor testis merupakan tumor sel germinal dengan jenis seminoma (47,5%) dan nonseminoma (40%). Sementara itu, sebuah penelitian di Rumah Sakit Sardjito di tahun 2007-2013 melaporkan bahwa ada 23 kasus tumor testis sel germinal dengan usia pasien <30 tahun. Berdasarkan temuan histopatologi, kasus teratoma testis terdapat sebesar 17,4%.[7,8]
Mortalitas
Teratoma testis prapubertas bersifat jinak dan tidak memiliki kasus metastasis yang terdokumentasi, sehingga mortalitasnya tidak tercatat dan dinilai hanya berkaitan dengan komplikasi bedah. Namun, pada teratoma testis pascapubertas yang ganas, mortalitas diperkirakan lebih tinggi, meskipun data yang ada masih terbatas.[6]