Penatalaksanaan Teratoma Testis
Penatalaksanaan teratoma testis tergantung pada jenis sel tumornya dan stadiumnya. Untuk pasien stadium I, orchiectomy menjadi baku emas tata laksana. Selain itu, dapat juga dilakukan diseksi nodus limfa retroperitoneal bila perlu atau kemoterapi adjuvan. Namun, pada tumor stadium II dan lebih tinggi, kemoterapi memang dianjurkan.
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup sambil mengurangi toksisitas dari frekuensi kemoterapi. Teratoma matur dianggap sebagai lesi jinak, sehingga tumor ini tidak dimasukkan dalam protokol saat ini. Teratoma imatur di semua lokasi ditata laksana dengan pembedahan dan observasi.
Tumor testis stadium I ditata laksana dengan operasi dan observasi. Sementara itu, tumor testis stadium II–IV ditata laksana dengan regimen kemoterapi tiga siklus yang terdiri dari cisplatin, etoposide, dan bleomisin (PEB) selama 3 hari. Efek samping dari semua pengobatan dapat berbeda, sehingga diskusi ekstensif perlu dilakukan antara pasien dan dokter sehubungan dengan pilihan pengobatan.[2,12]
Pembedahan
Teknik pembedahan standar yang umum digunakan adalah insisi inguinal dengan kontrol pada pembuluh darah internal inguinal ring dan dilanjutkan dengan mobilisasi testis. Peningkatan alfa fetoprotein (AFP) sebelum operasi menunjukkan adanya tumor yolk sac, sehingga pendekatan testes-sparing surgery tidak dilakukan dan orchiectomy radikal lebih disarankan dengan ligasi tali pusat di cincin internal.
Jika AFP normal, ada kemungkinan lebih besar bahwa massa tersebut merupakan lesi jinak, dan dalam kasus ini, bidang dapat ditutup dan tunika dibuka. Enukleasi sering dilakukan dan meninggalkan sejumlah besar sisa testis normal.
Jika analisis frozen section menunjukkan lesi jinak, maka tunika ditutup. Jika ganas, orchiectomy dapat diselesaikan. Karena metastasis ke nodus retroperitoneal jarang terjadi, diseksi profilaksis rutin dari kelenjar tidak dilakukan tanpa bukti.[2,12,13]
Kemoterapi
Kemoterapi diberikan pada pasien dengan bukti radiologi terdapat penyakit metastasis atau peningkatan kadar AFP serum yang terus-menerus. Penggunaan kemoterapi kombinasi cisplatin, etoposide, dan bleomisin telah menjadi pengobatan yang efektif untuk penyakit metastasis, dengan tingkat kelangsungan hidup mendekati 90%.[12,13]
Radioterapi
Seminoma bersifat radiosensitif sehingga radioterapi dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk penyakit stadium I dan IIA-B. Namun, radioterapi tidak direkomendasikan untuk pengobatan non-seminoma germ cell tumor. Tumor ini, termasuk teratoma matur dan imatur, sering kali merupakan jenis sel campuran.[14]