Diagnosis Pneumonia Aspirasi
Diagnosis pneumonia aspirasi didasarkan pada kecurigaan adanya riwayat aspirasi sebelumnya, disertai gejala klinis dari pneumonia dan temuan pemeriksaan penunjang yang mendukung.
Anamnesis
Faktor risiko dan kecurigaan adanya aspirasi perlu digali dalam anamnesis. Hal ini mencakup adanya gangguan kesadaran, gangguan menelan, konsumsi alkohol, riwayat pengobatan, dan riwayat penyakit dahulu.
Pneumonia aspirasi bisa saja tanpa gejala, namun bisa juga menyebabkan manifestasi berat seperti distres pernapasan. Gejala pneumonia aspirasi di antaranya:
- Batuk
- Sesak napas
- Demam atau hipotermia
- Sianosis
- Suara parau atau gurgling
- Nyeri dada
- Kesulitan menelan[1,2,4,5]
Pada pasien usia lanjut, gejala dari pneumonia aspirasi bisa atipikal. Demam bisa tidak muncul. Gejala infeksi pada dapat muncul sebagai perubahan status kognitif dan fungsional yang bersifat akut. Gejala nonrespirasi ditemukan pada 55% pasien lanjut, dimana 42% mengalami penurunan kesadaran dan 16% menyebabkan kejadian jatuh.[3]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pneumonia aspirasi bisa didapatkan tanda inflamasi, meliputi febris, takikardia, dan takipnea. Pada kondisi yang berat juga bisa ditemukan tanda hipoksia.
Pada auskultasi paru, bisa didapatkan tanda-tanda konsolidasi dengan suara napas bronkial dan ronkhi (rales/crackles).
Pemeriksaan fisik juga perlu menggali faktor-faktor yang meningkatkan risiko pneumonia aspirasi, misalnya penyakit periodontal, kanker esofagus, dan gastroesophageal reflux disease.[1,2,4]
Diagnosis Banding
Pneumonia aspirasi dapat didiagnosis banding dengan pneumonitis aspirasi, lipoid pneumonia, dan aspirasi benda asing.
Pneumonitis Aspirasi
Aspirasi cairan lambung dalam jumlah besar dengan pH di bawah 2,4, menyebabkan proses korosif dalam 1-2 jam awal setelah aspirasi, dilanjutkan proses inflamasi pada 4-6 jam berikutnya. Sering terjadi pada usia muda, dan risiko utama adalah penurunan kesadaran.
Pneumonitis aspirasi disebut pula sebagai sindroma Mendelson. Berbeda dengan pneumonia aspirasi, pada pneumonitis aspirasi kejadian aspirasi dalam jumlah besar sering disaksikan oleh tenaga kesehatan, sehingga diagnosis relatif lebih mudah ditegakkan. Pneumonitis aspirasi dapat menjadi sindrom distres napas dalam waktu singkat.
Lipoid Pneumonia
Lipoid pneumonia dapat timbul akibat aspirasi minyak, seperti mineral oil atau vegetable oil. Pada anamnesis bisa didapatkan riwayat menelan minyak berulang atau dalam waktu lama. Kondisi ini dapat berkaitan dengan penggunaan rokok elektronik, akibat kandungan propylene glycol di dalam rokok elektronik. Gejala klinis berupa demam dan batuk, terutama pada usia muda. Pada pemeriksaan CT scan didapatkan low attenuation area (-30HU).
Aspirasi Benda Asing
Aspirasi dari benda asing dapat menyebabkan kegawatdaruratan. Gejala yang timbul tergantung pada derajat dari obstruksi. Bila obstruksi total, dapat timbul gejala batuk, sesak napas, afonia, sianosis, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya stridor, wheezing, atau penurunan suara napas.[1,2,4,5,11]
Pemeriksaan Penunjang
Pada umumnya, diagnosis dari pneumonia aspirasi bersifat klinis. Namun beberapa pemeriksaan penunjang dapat digunakan untuk membedakan kasus pneumonia akibat infeksi dengan pneumonitis noninfeksi. Pemeriksaan radiologis juga diperlukan dalam mendiagnosis pneumonia aspirasi, namun tidak ditemukannya gambaran abnormal tidak serta merta menyingkirkan kemungkinan diagnosis.
Rontgen Toraks
Rontgen toraks pada pneumonia aspirasi dapat menunjukkan adanya infiltrat, konsolidasi, kavitas, efusi pleura, atau gambaran lain yang berprogesi lebih lambat. Lokasi tersering adalah lobus sebelah kanan. Gambaran rontgen toraks yang normal ditemukan pada 28% pasien dengan pneumonia aspirasi.[1,2,4,5]
Jika ditemukan kavitas, perlu dicurigai adanya infeksi bakteri anaerobik. Adanya lusensi di dalam infiltrat menunjukkan pneumonia necrotizing. Air fluid level juga bisa ditemukan apabila terjadi komplikasi berupa abses paru.[2,4]
Laboratorium Darah
Pada pemeriksaan darah lengkap dapat ditemukan leukositosis. Anemia dan trombositosis dapat ditemukan pada infeksi bakteri anaerob.[4]
Pada analisis gas darah dapat dievaluasi pH darah dan status oksigenasi. Status oksigenasi ini dapat menjadi dasar untuk terapi suplementasi oksigen.[1,4]
Kultur Sputum dan Pewarnaan Gram
Kultur sputum pada umumnya menunjukkan adanya bakteri multipel. Sampel kultur diambil sebelum pemberian antibiotik dan tidak menjadi dasar untuk menunda terapi.[2,4,9]
Kultur Darah
Kultur darah dapat berguna sebagai skrining adanya bakteremia, tetapi tidak menjadi dasar untuk menunda terapi. Sampel sebaiknya diambil sebelum pemberian antibiotik.[4,9]
Bronkoskopi
Bronkoskopi hanya diindikasikan bila diduga ada benda asing atau partikel makanan yang teraspirasi. Adanya neoplasma yang menyebabkan obstruksi juga dapat diidentifikasi melalui bronkoskopi.
Bronkoskopi juga dapat digunakan untuk pengambilan sampel kultur. Bronchoalveolar lavage yang didapatkan melalui bronkoskopi selain dapat menentukan pemberian antibiotik definitif, dapat juga menjadi sarana untuk menghentikan pemberian antibiotik bila tidak didapatkan pertumbuhan mikroba yang signifikan.[1,2,4]
CT Scan Toraks
Pemeriksaan CT scan toraks bukan pemeriksaan yang rutin dilakukan untuk mendiagnosis pneumonia aspirasi. CT scan mungkin berguna bila dikerjakan pada pasien dengan komplikasi efusi pleura atau empyema.[4]