Diagnosis Kanker Payudara
Pendekatan diagnosis kanker payudara berupa prosedur diagnostik triplet yang terdiri atas pemeriksaan klinis, pencitraan penunjang, dan pemeriksaan sitologi, patologi, atau histopatologi[9]. Jika menunjukkan hasil yang saling mendukung (concordant), maka prosedur diagnostik triplet dapat menghasilkan ketepatan hingga 100%.[10,11] Untuk hasil yang tidak saling mendukung (discordant) maka tindakan biopsi eksisi dipertimbangkan.[10]
Riwayat Penyakit (Anamnesis)
Hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis berupa keluhan pada payudara dan ketiak, keluhan di tempat lain terkait metastasis, serta faktor risiko kanker payudara.
Keluhan di Payudara dan Ketiak
Riwayat penyakit yang perlu ditanyakan seputar keluhan pada payudara dan ketiak adalah sebagai berikut:
- Benjolan padat
- Nyeri pada payudara
- Kecepatan tumbuh tumor
- Cairan yang keluar dari puting (biasanya satu sisi, melibatkan satu muara, warna merah, darah, atau serosanguinosa, disertai adanya massa tumor)
- Retraksi puting susu
- Krusta dan eksim yang tidak sembuh pada areola atau papila mama dengan atau tanpa massa tumor
-
Kelainan kulit di atas tumor berupa timbulnya luka, cawak kulit (skin dimpling), ektasia vena, tampilan peau d’orange, dan nodul satelit
- Benjolan di ketiak atau leher
- Pembengkakan lengan disertai benjolan payudara atau ketiak yang sesisi
Keluhan di Tempat Lain terkait Metastasis
Dokter juga harus menanyakan riwayat keluhan terkait kemungkinan metastasis:
- Nyeri tulang yang menetap dan semakin berat di vertebra, pelvis, dan femur
- Rasa sakit, mual, dan penuh di ulu hati
- Batuk kronis yang dapat disertai sesak napas
- Sakit kepala hebat, muntah, dan gangguan kesadaran
Faktor Risiko Kanker Payudara
Faktor risiko kanker payudara juga perlu digali saat anamnesis, baik faktor risiko internal maupun eksternal.[6,9–11]
Pemeriksaan Fisik
Pada status generalis, perlu dinilai pula performance status menurut Karnofsky score dan WHO/ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group) score[12,13].
Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan kedua payudara, dinding dada, aksila, dan kelenjar getah bening regional[2,6,14]. Pada wanita premenopause, sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan seminggu setelah menstruasi ketika ukuran jaringan payudara tidak terlalu membesar akibat pengaruh menstruasi[14].
Inspeksi
Inspeksi dilakukan dengan melihat payudara dalam posisi lengan di samping, lengan diangkat ke atas, dan tangan berada di pinggang (dengan atau tanpa kontraksi m. pectoralis). Aspek yang perlu dinilai: kesimetrisan, ukuran, dan bentuk payudara, serta adanya edema (tampilan peau d’orange), krusta, eksim, nipple discharge kemerahan, serta retraksi puting dan kulit payudara.
Palpasi
Palpasi payudara diawali dengan pasien berbaring terlentang. Palpasi payudara harus dilakukan secara cermat pada seluruh payudara dievaluasi mulai dari sternum ke arah lateral menuju latissimus dorsi serta klavikula ke arah inferior menuju batas atas m. rectus abdominis. Karakteristik yang perlu dicatat adalah lokasi kuadran tumor, ukuran, konsistensi, permukaan tumor, bentuk dan batas tumor, jumlah tumor yang teraba, serta fiksasi tumor.
Palpasi kelenjar getah bening kemudian dilakukan untuk mencari adanya limfadenopati. Secara palpasi, ketiga level limfadenopati aksilaris dinilai. Kemudian, palpasi dilanjutkan pada area supraklavikular dan parasternal. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain teraba atau tidaknya kelenjar getah bening, ukuran, konsistensi, konglomerasi, fiksasi antara yang satu dengan lain atau dengan jaringan di sekitarnya.
Jika terdapat gejala di organ lain (misalnya rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak napas), pemeriksaan fisik lengkap dapat dilakukan pada sistem organ yang berkaitan.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding kanker payudara adalah tumor jinak payudara atau kelainan payudara lainnya:
Tumor Jinak Payudara
Tumor jinak payudara dapat berupa fibroadenoma, tumor phylloides, atau kista payudara.
Peradangan
Peradangan pada payudara, misalnya mastitis atau abses payudara, dapat menjadi diagnosis banding kanker payudara.
Penyakit Payudara Lainnya
Penyakit payudara lain yang dapat menjadi diagnosis banding kanker payudara meliputi nekrosis lemak, abses payudara, papilloma intraduktal, ektasia duktal.[2,14]
Pemeriksaan Penunjang
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang dapat diperlukan dalam penentuan stadium mencakup pemeriksaan darah lengkap, hitung platelet, uji fungsi hati, kadar alkali fosfatase, foto toraks, mamografi, status reseptor hormon, ekspresi HER-2/neu, bone scanning, serta USG/MRI/CT scan abdomen (dengan atau tanpa regio pelvis)[15].
Pemeriksaan Radiologi
Mammografi, USG payudara, foto toraks, dan USG abdomen harus dilakukan dengan tujuan diagnosis dan penentuan stadium dengan melihat kemungkinan metastasis paru dan hati[6]. Mammografi bertujuan sebagai skrining kanker payudara dan untuk memandu prosedur intervensi seperti biopsi dan lokalisasi jarum[2].
USG bertujuan memastikan temuan mamografi yang masih meragukan, menentukan karakteristik massa kistik, menampilkan beragam ekogenisitas massa solid, memandu dalam biopsi aspirasi jarum halus, biopsi inti, dan lokalisasi jarum, melihat gambaran kelenjar getah bening regional, serta kemungkinan adanya metastasis ke hati[2,6].
MRI digunakan untuk mengenal karakteristik jaringan yang ditemukan abnormal pada mamografi, evaluasi metastasis dari kanker payudara tanpa adanya tumor primer yang dapat diidentifikasi, menilai respon terapi neoajuvan sistemik, serta evaluasi rekurensi tumor pada payudara yang telah mendapat terapi[2].
Pemeriksaan radiologi lanjutan lainnya dilakukan apabila ada indikasi, seperti bone scanning (pada tumor dengan diameter > 5 cm, T4, dengan temuan klinis dan sitologi yang mencurigakan).
Pemeriksaan Biopsi
Pada lesi kanker payudara yang tidak teraba, biopsi dilakukan dengan panduan USG jika terlihat massa melalui mamografi atau teknik stereotaktik jika tidak terlihat massa (hanya berupa gambaran mikrokalsifikasi)[2,6]. Core biopsy lebih disukai dibandingkan biopsi jarum halus [2,6].
Pada lesi kanker payudara yang teraba, biopsi jarum halus maupun core biopsy dapat dilakukan. Namun, pada kasus kasus massa tumor yang dicurigai kanker payudara berdasarkan temuan klinis dan mamografi, biopsi jarum halus memiliki sensitivitas dan spesifisitas hampir 100% dalam mendiagnosis kanker payudara [14,16].
Jika terdapat hasil yang tidak sesuai antara temuan klinis, radiografi, dan patologi, maka tim yang terdiri dari ahli bedah, radiologi, dan patologi akan memutuskan apakah perlu dilakukan biopsi terbuka atau biopsi yang dipandu pencitraan guna memastikan bahwa sampel dari lesi target telah diambil dengan cukup[2].
Klasifikasi Stadium Tumor
Setelah diagnosis ditegakkan, penentuan stadium wajib dilakukan guna menentukan prognosis dan modalitas pengobatan yang dilakukan.
Klasifikasi stadium berdasarkan sistem UICC (Union Internationale Contra Le Cancer) atau AJCC (American Joint Committee on Cancer Staging and End Results Reporting) menurut T (ukuran tumor primer kanker), N (metastasis kelenjar getah bening) dan M (metastasis jauh) sebagai berikut:
T: ukuran tumor yang ditentukan berdasarkan diameter ukuran klinis terpanjang dalam satuan sentimeter atau MRI
-
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai
-
T0 : Tumor primer tidak ditemukan
-
Tis : Karsinoma insitu
-
Tis (DCIS) : Ductal carcinoma insitu
-
Tis (LCIS) : Lobular carcinoma insitu
-
Tis (Paget) : penyakit Paget pada puting tanpa ada massa tumor
-
T1 : diameter tumor ≤ 2 cm
-
T1mic : ada mikroinvasi dengan ukuran ≤ 0,1 cm
-
T1a : diameter tumor 0,1-0,5 cm
-
T1b : diameter tumor 0,5-1,0 cm
-
T1c : diameter tumor 1-2 cm
-
T2 : diameter tumor 2-5 cm
-
T3 : diameter > 5 cm
-
T4 : diameter berapapun dengan adanya infiltrasi pada dinding dada atau kulit
N: ada tidaknya metastasis kelenjar getah bening yang ditentukan berdasarkan temuan pemeriksaan klinis terhadap kelenjar getah bening
-
Nx : kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
-
N0 : tidak terdapat metastasis kelenjar getah bening
-
N1 : metastasis kelenjar getah bening aksila ipsilateral, masih mobil
-
N2 : metastasis kelenjar getah beningaksila ipsilateral, terfiksasi, konglomerasi, atau terdapat metastasis kelenjar getah bening mamaria interna walau tanpa metastasis kelenjar getah bening aksila
-
N3 : metastasis kelenjar getah bening infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa metastasis pada kelenjar getah bening aksila, atau metastasis kelenjar getah bening mamaria interna dan kelenjar getah bening aksila
M: ada tidaknya metastasis jauh, ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya metastasis jauh:
-
Mx : metastasis jauh belum dapat dinilai
-
M0 : tidak terdapat metastasis jauh
-
M1 : terdapat metastasis jauh
Grup stadium:
-
Stadium 0 : Tis N0 M0
-
Stadium I : T1 N0 M0
-
Stadium IIA : T0/T1 N1 M0, T2 N0 M0
-
Stadium IIB : T2 N1 M0, T3 N0 M0
-
Stadium IIIA : T0/T1/T2 N2 M0, T3 N1/N2 M0
-
Stadium IIIB : T4 N0/N1/N2 M0
-
Stadium IIIC : Semua T N3 M0
- Stadium IV : Semua T Semua N M1[6]