Pendahuluan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Sindrom Distres Pernapasan Akut / Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan sindrom inflamasi dan edema paru nonkardiogenik difus yang ditandai dengan dispnea dan hipoksemia berat yang dapat mengalami perburukan menjadi gagal napas akut. [1-3]
Diagnosis ARDS dapat ditegakkan dengan Kriteria Berlin, yaitu:
- Onset akut < 1 minggu atau perburukan gejala respiratorik,
-
Edema paru, dibuktikan dengan opasitas bilateral pada foto toraks
-
Rasio PaO2/FiO2 ≤300 pada tekanan ekspiratori positif (PEEP)
ARDS umumnya disebabkan karena pneumonia, sepsis, aspirasi, dan trauma berat. Pemeriksaan utama yang harus dilakukan pada pasien ARDS adalah x-ray toraks dan analisa gas darah. [1-4]
ARDS merupakan kondisi gawat dan darurat yang memerlukan penanganan medis intensif. Tata laksana pasien ARDS meliputi:
- Posisi pronasi
- Terapi nutrisi dan cairan
- Ventilasi volume tidal rendah: ventilasi tekanan positif non-invasif atau ventilasi mekanik
-
Oksigenasi: positive end expiratory pressure (PEEP), continuous positive airway pressure (CPAP), atau oksigen high-flow via nasal kanula
- Terapi farmakologis sesuai indikasi
- Pemantauan hemodinamik dan balans cairan
Pasien ARDS umumnya memerlukan pemantauan ketat karena dapat mengalami perburukan ataupun mengalami komplikasi, baik karena ARDS ataupun terapi yang diberikan. [2,3,5,6]