Penatalaksanaan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Tidak terdapat terapi spesifik untuk penatalaksanaan Sindrom Distres Pernapasan Akut/Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Terdapat tiga tujuan utama tata laksana ARDS:
- Identifikasi dan manajemen penyebab faktor etiologis
- Perawatan suportif yang baik
- Mencegah komplikasi lanjut [2,3,14,16]
Beberapa intervensi yang direkomendasikan dalam tata laksana ARDS berdasarkan American Thoracic Society/European Society of Intensive Care Medicine/Society of Critical Care Medicine antara lain adalah:
- Posisi pronasi
- Volume tidal rendah (4-8 ml/kg berat badan)
- PEEP tinggi pada pasien ARDS sedang atau berat
- Tidak menggunakan ventilator osilasi tinggi secara rutin
Penerapan strategi pemberian cairan, nutrisi, dan menjaga tekanan vena sentral tetap rendah dinilai dapat mempersingkat masa pemakaian ventilasi mekanik. [3,16,17]
Posisi Pronasi
Memposisikan pasien dalam posisi tengkurap memberikan efek dalam meningkatkan oksigenasi dan berhubungan dengan menurunkan mortalitas. Posisi pronasi disarankan untuk dilakukan pada pasien ARDS sedang dan berat selama 12 jam per hari atau lebih.[2,3,17]
Ventilasi Volume Tidal Rendah
Volume tidal rendah (4-8 ml/kg berat badan) sebaiknya dilakukan pada seluruh pasien ARDS. Rata-rata volume tidal rendah yang digunakan adalah 6 mg/kg berat badan. Limitasi tekanan inspiratorik plateau < 30cm H2O juga dapat dilakukan. [3,5,17]
PEEP
PEEP lebih tinggi (≥ 5 cm H2O) umumnya lebih dianjurkan. Rata-rata PEEP dapat dimulai pada 16 cm H2O pada pasien ARDS sedang hingga berat menggunakan metode ventilasi invasif. PEEP dilakukan untuk memperbaiki oksigenasi, namun metode terbaik untuk melakukan PEEP hingga saat ini masih kontroversial. Beberapa metode noninvasif yang dapat dipertimbangkan adalah penggunaan nasal kanula high-flow (50L/menit) dengan blender oksigen, masker napas (full face mask), atau continuous positive airway pressure (CPAP). Penggunaan mesin ventilator osilasi tinggi tidak dianjurkan.[3,5,16,17]
Extra Corporeal Membrane Oxygenation
Extra corporeal membrane oxygenation (ECMO) merupakan metode oksigenasi di mana pertukaran udara dilakukan di luar tubuh menggunakan mesin. Terapi ini dikenal juga sebagai bypass jantung-paru. Terapi ini masih kontroversial karena saat epidemi H1N1, ECMO ditemukan meningkatkan tingkat kesintasan pada pasien yang tidak bisa mendapat metode ventilasi konvensional. Walau demikian, penelitian sebelum dan setelah epidemi ini tidak menemukan adanya manfaat ECMO terhadap ARDS.
Manajemen Cairan
Manajemen cairan harus dibedakan dengan resusitasi cairan pada tahap awal, terutama bila terjadi syok. Manajemen cairan dilakukan dengan konservasi cairan dan menjaga balans negatif. Hal ini dapat mempersingkat durasi penggunaan ventilator. Albumin dan diuretik dapat dipertimbangkan untuk diberikan. Balans negatif umumnya dilakukan selama 7 hari pertama. Pemantauan output urin juga harus dilakukan dengan ketat. Balans negatif juga dapat mengurangi kebutuhan pasien ARDS akan vasopresor.[3,5,14]
Terapi Nutrisi
Pemberian nutrisi pada pasien ARDS dapat dilakukan setelah 48-72 jam mendapatkan ventilasi mekanik. Nutrisi dapat diberikan secara enteral via selang nasogastrik, kecuali bila terdapat indikasi. Nutrisi yang dapat diberikan sebaiknya adalah formula rendah karbohidrat tinggi lemak. Pemberian nutrisi terlalu dini, kalori terlalu tinggi, atau trophic feeding sebaiknya tidak dilakukan karena dapat meningkatkan mortalitas.[3,5,14]
Terapi Farmakologi
Tidak terdapat terapi farmakologis yang secara efektif dapat menangani ARDS, menurunkan mortalitas, ataupun mempersingkat durasi rawat. Beberapa obat yang dapat dipertimbangkan untuk diberikan adalah:
Analgesik atau Sedatif
Analgesik atau sedatif umumnya diberikan pada pasien yang mendapatkan ventilasi mekanik agar lebih nyaman. Agen blokade neuromuskular umumnya dapat diberikan.
Heparin
Heparin berat molekul rendah (LMWH) enoksaparin 40 mg atau 5000 unit dalteparin atau heparin tidak terfraksi dosisi rendah 5000 unit dapat diberikan dua kali sehari untuk mencegah tromboemboli bila tidak terdapat kontraindikasi.
Profilaksis Stress Ulcer
Sukralfat 4x1000 mg dapat diberikan per oral atau via selang nasogastrik (NGT), ranitidine 2x150 mg dapat diberikan per oral/NGT atau 3-4x50 mg intravena, atau omeprazole 1x40 mg per oral/intravena/per NGT.
Terapi Farmakologis Lain
Terapi farmakologis lain seperti inhalasi nitrit oksida, glukokortikoid, surfaktan, statin, antiinflamasi nonsteroid, salbuterol, dan antioksidan hingga saat ini masih kontroversial dan dinilai kurang efektif.[3,14,16]
Penyapihan Ventilator
Penyapihan ventilator pada umumnya dapat dilakukan segera setelah pasien stabil. Parameter yang harus diperhatikan sebelum memulai penyapihan ventilator adalah:
- Dapat memenuhi kebutuhan oksigen dengan metode noninvasif
- Hemodinamik stabil
- Ventilasi menit ≤ 15 L
-
Positive end-expiratory pressure ≤ 5 cm H2O
- Jalan napas terproteksi
- Tidak terdapat agitas
- Saturasi oksigen ≥ 90%
- Rasio frekuensi napas/volume tidal ≤ 105
- Laju napas ≤ 35 per menit
Pasien yang memiliki risiko penggunaan ventilator lebih dari 10 hari sebaiknya dipertimbangkan untuk dilakukan trakeostomi. [3,14]