Edukasi dan Promosi Kesehatan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Edukasi dan promosi kesehatan untuk sindrom distress pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome / ARDS) selain bertujuan untuk menjelaskan mengenai penyakit juga harus ditujukan untuk menjelaskan efek samping tata laksana yang dilakukan, serta pentingnya rehabilitasi jangka panjang.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien dengan Sindrom Distress Pernapasan Akut (ARDS) meliputi informed consent dan konseling keluarga pasien dengan baik. Hal-hal yang perlu disampaikan antara lain adalah:
- Menjelaskan mengenai ARDS: perjalanan penyakit, penyebab, komplikasi, prognosis, mortalitas, tata laksana yang diperlukan
- Efek samping tata laksana yang dilakukan, terutama jika mendapatkan perawatan di ICU atau menggunakan ventilator
- Pasien pasca ARDS dapat mengalami depresi dan penurunan fungsi paru secara signifikan, sehingga memerlukan masa rehabilitasi yang panjang
- Kualitas hidup pasien pasca ARDS umumnya akan sangat menurun, sehingga memerlukan perawatan dan dukungan khusus.[5,19,20]
Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan ARDS hanyalah pencegahan sekunder dan tersier. Pencegahan sekunder dilakukan dengan identifikasi faktor risiko pada pasien-pasien risiko tinggi untuk dapat mendeteksi awal gejala distress pernapasan. Pengawasan PaO2/FiO2 dan deteksi dini terutama harus dilakukan pada pasien-pasien pneumonia, sepsis, aspirasi, pasien rawat intensif, dan trauma toraks.
Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan meminimalisir penggunaan ventilator. Pemantauan penanda biologis/biomarker serta evaluasi orang sistem skoring pada pasien risiko tinggi juga dapat dilakukan untuk mencegah perburukan ARDS. [21,22]