Farmakologi Piperacillin
Farmakologi piperacillin merupakan antibiotik golongan penicillin yang berperan dalam tata laksana infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif, gram negatif, aerob, dan anaerob. Piperacillin bekerja dengan menghambat sintesis dinding bakteri. [8,9]
Farmakodinamik
Sama seperti antibiotik beta laktam lainnya, piperacillin bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel peptidoglikan. Pertama, piperacillin akan menempel pada penicillin-binding protein (PBP) yang terdapat pada bakteri. Setelah berikatan, piperacillin akan bekerja dengan menghambat enzim transpeptidase. Penghambatan ini membuat ikatan peptida tidak dapat menempel dengan dinding sel. Selain itu, piperacillin juga akan menginaktivasi enzim penghambat autolitik sehingga bakteri akan lisis dan mati.
Berikut adalah beberapa kelompok bakteri yang sensitif terhadap piperacillin. [2-4,8,9]
Tabel 2. Organisme Sensitif Piperacillin
Kelompok | Bakteri |
Gram-positif aerob | · Enterococci · Streptococcus pneumoniae · Streptococcus pyogenes |
Gram-negatif aerob | · Acinetobacter · Eneterobacter · Escherichia coli · Haemophilus influenzae · Klebsiella · Morganella morganii · Neisseria gonorrhoeae · Proteus mirabilis · Proteus vulgaris · Providencia rettgeri · Pseudomonas aeruginosa · Serratia |
Gram-positif anaerob | · Clostridium · Kokus anaerob |
Gram-negatif anaerob | · Bacteroides |
Farmakokinetik
Farmakokinetik piperacillin tidak terlalu baik jika diberikan per oral, sehingga sediaan piperacillin yang ada di pasaran adalah sediaan injeksi. Resistensi terhadap piperacillin mulai banyak dilaporkan.
Absorpsi
Konsentrasi puncak plasma pada pemberian intramuskular akan tercapai dalam 30 menit. Konsentrasi puncak pada serum sebesar 36 mcg/mL setelah injeksi dengan dosis 2 gram. Apabila pemberiannya didahului oleh probenesid, maka konsentrasi puncak akan meningkat sebanyak 30%.
Pada pemberian intravena, baik bolus maupun infus, konsentrasi puncak plasma akan tercapai segera setelah pemberian obat selesai. Rata-rata konsentrasi puncak di plasma adalah 305 mcg/mL, 412 mcg/mL, dan 775 mcg/mL untuk pemberian 2 gram, 4 gram, dan 6 gram. Konsentrasi puncak serum pada pemberian melalui infus dengan dosis 6 gram setiap 6 jam adalah 420 mcg/mL.
Distribusi
Piperacillin terdistribusi ke berbagai sistem organ di tubuh, termasuk ke tulang, jantung, hepar, paru, organ reproduksi wanita, prostat, dan kantung empedu. Sama seperti penicillin, piperacillin tidak dapat menembus cairan serebrospinal jika tidak ada inflamasi. Di plasma, sekitar 16% piperacillin diikat oleh protein.
Metabolisme
Piperacillin dimetabolisme menjadi metabolit desetil. Metabolit ini bersifat inaktif. Waktu paruh piperacillin pada individu dewasa sehat adalah 54–63 menit. Waktu paruh ini akan semakin meningkat pada pasien dengan gagal ginjal, yaitu meningkat 2 kali lipat pada gagal ginjal ringan atau sedang dan meningkat 5–6 kali lipat pada gagal ginjal berat. Pada pasien dengan sirosis hepatis, waktu paruh juga meningkat, namun tidak mengubah dosis pemberian obat.
Eliminasi
Piperacillin diekskresi melalui ginjal melalui proses filtrasi gomerulus dan sekresi tubular, dalam bentuk yang tidak diubah (60–80%) dan metabolit inaktif dalam 24 jam setelah pemberian. Konsentrasi piperacillin di urin adalah 8.500 mcg/mL dan 14,100 mcg/mL untuk pemberian 4 gram dan 6 gran.
Laju klirens piperacillin di ginjal adalah 139 mL/menit pada dewasa, 32 – 41 mL.menit/1,73 m2 pada neonatus, dan 124 – 160 mL/menit/1,73 m2 pada anak usia 1 bulan sampai 15 tahun.
Piperacillin juga dapat dikeluarkan melalui dialisis. Sekitar 30–50% piperacillin dapat dikeluarkan melalui proses hemodialisis dan 26,3% melalui proses hemodiafiltrasi. Eliminasi piperacillin tidak dapat dilakukan melalui dialisis peritoneal. [2-4,10,11]
Resistensi
Resistensi terhadap piperacillin, terutama oleh bakteri gram negatif mulai ditemukan. Pada studi dengan 1618 subjek, prevalensi resistensi piperacillin/tazobaktam adalah 28,6%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan resistensi terhadap cefepime (21,8%) dan meropenem (8,5%). Faktor yang meningkatkan risiko resistensi adalah penggunaan antibiotik yang tidak tepat, riwayat perawatan berpindah rumah sakit, dan perawatan di nursing home. [12,13]
Mekanisme resistensi piperacillin sama seperti antibiotik penicillin lainnya, yaitu melelui perubahan pada enzim yang bertugas menghambat proses autolitik. Perubahan enzim ini membuat obat tidak dapat menginaktivasi enzim sehingga proses lisis tidak terjadi. [8,9]