Kontraindikasi dan Peringatan Piperacillin
Kontraindikasi piperacillin adalah adanya riwayat reaksi hipersensitivitas pada kandungan atau komponen obat. Pemakaian piperacillin perlu diperhatikan pada pasien dengan gangguan koagulasi, pasien sistik fibrosis, dan pasien yang membutuhkan restriksi natrium.
Kontraindikasi
Kontraindikasi mutlak pemberian piperacillin adalah adanya reaksi hipersensitivitas terhadap piperacillin atau penicillin dan derivat lainnya. Pasien dengan riwayat alergi terhadap sefalosporin juga sebaiknya tidak diberikan piperacillin karena ada risiko reaksi silang. Reaksi hipersensitivitas yang muncul dapat sampai mengancam jiwa berupa syok dan distres pernapasan. [4,10,11]
Peringatan
Pasien dengan riwayat penggunaan antibiotik dalam jangka waktu yang lama, termasuk piperacillin, berisiko mengalami diare yang berhubungan dengan Clostridium difficile (CDAD, Clostrdium difficile associated diarrhea). CDAD terjadi karena terdapat ketidakseimbangan flora di usus. Gejala CDAD yang dialami dapat bersifat ringan, sampai kolitis. Jika terjadi CDAD, pemberian antibiotik yang tidak secara langsung melawan Clostridium difficile perlu dihentikan. Selain itu, pemberian cairan, protein, dan elektrolit yang adekuat juga perlu dilakukan. Pada kondisi kolitis, tindakan kolektomi seringkali dibutuhkan untuk membuang bagian usus yang mengalami nekrosis.
Penggunaan piperacillin pada organisme yang resisten terhadap piperacillin dapat menyebabkan superinfeksi, sehingga respon klinis pasien perlu diperhatikan dengan seksama.
Risiko perdarahan pada pasien yang menggunakan piperacillin juga meningkat. Selain perdarahan, risiko eksitabilitas neuromuskular dan kejang juka meningkat. Dua kejadian ini lebih sering ditemukan pada pasien dengan gangguan ginjal. Jika ditemukan tanda-tanda perdarahan atau peningkatan eksitabilitas neuromuskular, penggunaan piperacillin harus dihentikan.
Sediaan injeksi piperacillin mengandung 2,36 mEq atau 54,28 mg natrium per gram piperacillin. Untuk itu, pemberiannya perlu diperhatikan pada pasien yang memerlukan restriksi natrium. Pada kelompok pasien ini, adanya risiko hipokalemi juga perlu diperhatikan, terutama pasien yang sedang dalam terapi sitotoksik atau diuretik.
Pada pasien dengsn sistik fibrosis, risiko munculnya demam dan ruam akan meningkat. [4,10,11]