Pengunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Piperacillin
Penggunaan piperacillin pada kehamilan dianggap aman. Studi pada hewan tidak menunjukkan adanya efek teratogen dan belum ada laporan terkait anomali kongenital pada manusia. Piperacillin juga dapat digunakan pada ibu menyusui.
Penggunaan pada Kehamilan
Penggunaan piperacillin pada kehamilan masuk dalam kategori FDA B. Artinya, studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.
Menurut TGA, penggunaan piperacillin masuk kategori B1. Artinya, obat telah dikonsumsi dalam jumlah terbatas oleh ibu hamil atau wanita usia reproduksi tanpa adanya peningkatan frekuensi malformasi atau efek berbahaya lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Studi pada hewan tidak menunjukkan adanya bukti peningkatan kejadian gangguan pada janin. [6]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Piperacillin dinilai aman digunakan untuk ibu menysui. Sebuah penelitian mencoba menilai kadar piperacillin di dalam ASI. Sekitar 8 orang ibu yang sedang menyusui diberikan piperacillin sebanyak 4 gram secara intravena. Setelah pemberian dosis pertama, kadar piperacillin 3 jam setelah suntikan adalah 0,49 –1,5 mg/L. Dosis kedua diberikan 8 jam setelah dosis pertama. Tiga jam setelah diberikan dosis kedua, kadar piperacillin dalam ASI adalah 1,1–1,9 mg/L. Dosis ini dinilai cukup kecil untuk menimbulkan efek samping pada bayi.
Pada ibu menyusui yang diberikan penicillin, bayi dapat mengalami diare atau thrush pada mulut akibat ketidakseimbangan flora dalam mulut, tetapi hal ini belum dilaporkan pada pemberian piperacillin. Belum ada informasi lebih lanjut mengenai hubungan antara pemberian piperacillin dengan produksi ASI. [18]